dari cermin,
dia berusaha mengatakan sesuatu yang sia-sia
matanya menatap lekat sampai pangkal korneaku,
tetap tak sampai-sampai jua makna tatapan itu
kucoba alihkan pandangannya
kumelihat ke bawah, ke atas, melirik ke belakang
sepertinya dia mengerti maksudku
dia berkejar-kejaran dengan gerikku
dan tersenyum bangga karenanya
sebelumnya, dia tidak secantik sekarang
sejak, ku sering beradu pandang
dia mulai berias dengan putih di muka, dan gincu di bibirnya
semakin hari terlihat semakin cantik, semakin lupa dengan wajah aslinya
sempat ku ajak berkenalan, ditampiknya ragu-ragu
tapi mau kurasa
samar bagai kudengar
dia suka kesendirian tanpa teman
begitulah dia dilahirkan serupa di hadapannya
lagi-lagi,
dia menatapku dengan tatapan sia-sia
Ah! sesukanya dia padaku,
sebesar cintanya yang tak pernah padam ikutiku
Tidak ada komentar:
Posting Komentar