: papaku
Papa, betapaku
rindukan
kekakuan kita dulu
apabila waktu dapat di abjad membentuk kata-kata
pada punggung tuamu bagai kayu yang melapuk
yang lebih renta
dari kursi dudukmu
akan ku rangkai sajak paling lekat di hatiku
tentang keluguan dan kehausan makna
sedari kecil kubertanya
ayahkah papa?
yang duduk tanpa air mata
ataukah tak boleh meneteskannya?
tegar perkasa
semakin tegak melangkah
hari yang menggelandang
di kekar tanganmu
tetap tak meluputkanmu di hari tua
sempatkah esok,
matahari kan menyapa kembali
kita disana?
aku. papa.
di rumah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar