senyum para koruptor itu membuatku tertawa
membuat bertanya-tanya
apa mereka sadar
apa yang kenyangkan mereka dari lapar?
pamerkan apa dari segala mewah?
jumlah yang disebut-sebut jaksa yang busungkan dada?
tangisan para koruptor itu
membuatku meraung-raung
membuat
terbingung-bingung
bukankah kemarin mereka sedang tersenyum
atas perkara yang dicium para penegak hukum?
adakah mungkin
mereka sedang berlaga
di atas panggung sandiwara?
adu segala bakat
yang telah ditemurunkan nenek moyang mereka?
sorot mata
para koruptor itu
membuatku
terpana
membuat
salah-salah tingkah
di ruang yang tidak seluas apartemen mereka,
dilirik semua yang hadir
satu persatu
mencoba culik
simpati
siapa tahu ada yang berempati
sebelum putusan
dibuat mati
sekarang,
para koruptor itu
menundukkan kepala
membuatku
ikut heningkan cipta
membuatku diam tak bisa berkata-kata
hukum kembali ditegakkan
tanpa embel-embel uang makan
dan saksi-saksi
adalah para nurani
yang lebih memilih eksekusi mati
daripada berlimpah
harta bukan sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar