sajak yang telah lupa bahwa dirinya adalah sajak, sedang berkaca
semalam-malaman tidak cukup memandangimu disana
telahkah aku mengenalmu,
ataukah hadirmu perlu digambar lewat aksara
bahwa ucapan dan kata-kata yang dilafal,
melahirkan wajah-wajah tuk diingat
seperti sebuah keharusan
kenang kelahiran terlupakan
ada yang belum sempat selesai
terucap?
disana kau
memulainya
suara terdekat yang tak asing
semenjak dijejakkan tinta hitam di lembaran-lembaran tubuhku
aku mulai memimpikan keleluasaan
kedewasaan di penggalan kata-kata berdrama
tak terasa
nuansa itu ciptakan irama
lagu hati yang patah.
lagu hati yang kalah.
lagu hati yang layu.
lagu hati yang ragu.
lagu hati yang damba.
lagu hati yang
gundah.
telah kujelajahi
kedalaman manusia yang suka melupakan siapa dirinya
aku tidak takut
aku tidak merasa berdosa
namun aku sadar
kata-kata yang terucap
hanyalah isyarat
yang sampai ke masing-masing tujuan
dan enggan kembali pulang
aku tahu
aku bukan manusia itu
yang suka mentertawai hidupnya meski tidak ada yang lucu
aku bukan pula sajak
aku tidak mau menjadi sajak
yang kekal karena manusia bebal
jika sekarang adalah aku yang berkata-kata,
maka cukup
cukup itu
dan kali ini,
tanpa suara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar