berulang kali aku dibawa kembali ke ruang dudukku lalu termangu
berulang kali lagi aku melihat diriku duduk
tanpa tahu
sejak kapan aku mulai melakukannya
semenjak nafas menjadi hembusan ingin mengelak angin
juga ketika semua rupa menjadi wujud yang nyata di mata menyapa
waktu tak pernah sampai hadir tepat
di titik nadir ruang
kala setiap detak yang terulang adalah sama
mungkin satu ketika,
ku akan dipertemukan pada ruas-ruas ingatan tentang mengapa jam lebih memilih berhenti berdetik dari putarannya, juga malam yang takut untuk bermimpi di tidur panjangnya
bukan dengan alasan yang sama, sampai akhirnya mereka memilih diam
mungkin yang lain,
perulangan itu seperti
menunggu kepulangan-kepulangan yang tak kunjung datang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar