di atas kereta senja yang semakin sepi penumpangnya
aku bertahan tidak turun
masih memandang bayang pepohonan
melempar senyum dan sesekali pesan
disitu
aku bercerita
tentang desa yang masih butuhkan panitera
di bumi yang tidak dapat diterka cuaca
dan alam mulai menguning dari hijaunya
bukit mulai menyamai gunung
landaikah yang meninggi?
ataukah curam yang merendah?
semalam
lagi-lagi aku terbangun
juga lalu-lalu aku
tertegun
di batas usia dan senja
apakah nyawa*ku dapat diruangkan kaca?
mimpiku aku dapat menjadi sosok petani
yang tidak pernah terburu-terburu
memburu yang sudah ada
tapi
selalu usahakan nadi-nadi di hamparan ilalang
untuk tetap berdenyut,
setidaknya.
dan saat terbangun tadi
ternyata masih banyak
yang belum berubah
dinding rumah kaca,
bersiap menyegelku disana
Tidak ada komentar:
Posting Komentar