Minggu, 27 Juni 2010

sajak yang telah lupa bahwa dirinya adalah sajak, sedang berkaca

sajak yang telah lupa bahwa dirinya adalah sajak, sedang berkaca


semalam-malaman tidak cukup memandangimu disana

telahkah aku mengenalmu,
ataukah hadirmu perlu digambar lewat aksara

bahwa ucapan dan kata-kata yang dilafal,
melahirkan wajah-wajah tuk diingat

seperti sebuah keharusan
kenang kelahiran terlupakan

ada yang belum sempat selesai

terucap?
disana kau
memulainya

suara terdekat yang tak asing

semenjak dijejakkan tinta hitam di lembaran-lembaran tubuhku

aku mulai memimpikan keleluasaan

kedewasaan di penggalan kata-kata berdrama

tak terasa
nuansa itu ciptakan irama

lagu hati yang patah.
lagu hati yang kalah.
lagu hati yang layu.
lagu hati yang ragu.
lagu hati yang damba.
lagu hati yang
gundah.

telah kujelajahi
kedalaman manusia yang suka melupakan siapa dirinya

aku tidak takut

aku tidak merasa berdosa

namun aku sadar
kata-kata yang terucap
hanyalah isyarat

yang sampai ke masing-masing tujuan
dan enggan kembali pulang

aku tahu
aku bukan manusia itu
yang suka mentertawai hidupnya meski tidak ada yang lucu

aku bukan pula sajak
aku tidak mau menjadi sajak
yang kekal karena manusia bebal

jika sekarang adalah aku yang berkata-kata,
maka cukup
cukup itu


dan kali ini,

tanpa suara.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar