Minggu, 27 Juni 2010

: manusia itu kita (2)

:manusia itu kita


ada yang suka damai,
ada yang suka perkara

ada yang lebih baik menunggu,
ada yang langsung menyerbu

ada yang tahan berkata-kata,
ada yang menjeritkan kata-kata sia

ada yang mencukur alis dan menggambarnya,
ada yang mempertebal alis dengan mencukurnya

ada yang tidak peduli dengan urusan orang lain,
ada yang mencari tahu kebiasaan orang lain 'tuk digunjingkan

ada yang takut mati,
ada yang enggan hidup

ada yang memberi dengan hati,
ada yang memberi berharap budi

ada yang menangis untuk bangsa dan negaranya,
ada yang menawarkan jasa kepada penjajah

ada yang sekolah cari ilmu,
ada yang sekolah
numpang duduk

ada yang makan numpang tangan,
ada yang tidur numpang alas

ada yang berbahagia lupa teman,
ada yang bersedih ingat saudara

ada yang berkumpul di meja makan,
ada yang berkumpul cukup di acara tahunan

ada yang sukanya diam ternyata menyimak,
ada yang bisanya diam dan nunggu beranak

ada yang menopang dagu arogansikan diri, ada yang mengangkat dagu mencari ilahi

ada yang sudah berdiri takut melangkah,
ada yang belum bisa berdiri dan menyeret kakinya,

ada yang bangun kesiangan,
ada yang tidur kemalaman

ada yang cepat lelah untuk kebaikan,
ada yang membutuhkan kebaikan sebagai nafas hidupnya

ada yang merekam kisah hidupnya lewat kata-kata,
ada yang memutarnya kembali dengan membacanya

ada yang memeluk untuk menikam,
ada yang mencambuk sebab peduli

ada yang belum lahir pada saat masih hidup,
ada yang belum mati pada saat dia berjasa

seperti ada yang hendak terlupa

banyak yang tergesa-gesa
dengan buruan dan topi tanpa kepala itu

mengundi sebuah permainan tuk dimainkan,
diselesaikan seadanya, dan dilanjutkan dengan gagasan baru

ada pengikut
ada penyikut
juga ada yang numpang tersangkut
padahal tidak ada yang tahu
apa yang akan
menanti mereka
disana

begitupun waktu
lupa kenapa harus berputar
menunjuk di tiap angka
maka kau sangka
waktu lupa amanah,
lupa tuk melangkah?

hingga kau mengongkang-ongkang kaki sambil menghisap cerutu

padahal belum pernah paru-parumu bersetubuh dengan asap nikotin

m e s k i

berhasil juga kau melampauinya, dengan sedikit terbatuk dan menahan kantuk

tetapi apa?
seperti ada yang hendak terlupa



bahwa kesanggupan manusia berada di ambang

:mau
atau tidak

:ragu
atau sejak


seperti peristiwa kelahiranmu yang tertunda.

i won't dressed up, till u said so

I wont dressed up like a woman who run in jungle
to find the lost treasury

from the womb of my mom
now i got my destination
through living
kiss the light of love

separate me from the darkness
i wont lost my hunger of bitter
i was the laughter
start singing for you


'I wont dressed up like a baby born
though many kind sitting at my torn

i wont dressed up
i wont dressed
up

which make me looks silly
so they could beat me at the rally

cause the winner wont break a thing
it should give something

I wont dressed up
like a statue
wont be unnecessary of you

so no need to be drawned so bad
there's no even dread

let's dressed up like an adorable queen
let's show we're just sixteen

there's nothing to worry
there's nothing to be sorry

then
I'll show up
with the dress
which make me i'm best

i wont dressed up, i wont
till u said so

when these sanity gonna over

when these sanity gonna over?
pick up us go to fever

travelling you and me
beyond the sky
to meet the moon and billions of stars

when these sanity
will brought us back
from our deep desire of regret
please hold my hand tighten
please beside me closer
dont give us space between
to take us back
what we've been

when these memories
vanished our existence?
could our love story longer than the old steel
everlasting as the pure gold

cos u brought me back to live
u're all of the gift
i believe,
yes, it's u i believe

when the night could hold a moment, spare time to be share?
then we twist our smile
forget what happen for a while

could i ask for much longer
could the time
walk a little slower
could the bus
forget to move on
so we can walk passes beside
then laughing bout the arogant night

tell me what had happened
tell me when these sanity
is gonna over
so i can leave
within the harmony,


tell me.

jangan kata kuhanya cuci muka

tiap berfoto ria

jangan kata
ku hanya cuci muka

memang tampilku
gaya asia
pulasan indonesia

tanpa make up
bedak pun sepoles

tak perlu gincu
bibir sudah berwarna dadu

alis berbentuk terbaliknya perahu
sudah cukup lugas, pikirku

jangan, jangan
jangan kau sangka palsu

wajah ini
tak dapat ditiru
dipermak hanya rugikanku

wajah alami
tanpa make up
tampilan apa adanya

dipermak hanya rugikanku
wajah ini tak dapat ditiru

jangan, jangan
jangan kau sangka palsu
sudah cukup lugas pikirku,
alis berbentuk terbaliknya perahu


bibir sudah berwarna dadu
tak perlu gincu
bedak pun sepoles

tanpa make up
pulasan indonesia

gaya asia
memang tampilku

jangan kata
ku hanya cuci muka
tiap berfoto ria

: manusia itu kita (1)

: manusia itu kita




ada yang
mengumpat tentang hidup,
ada yang mengumpet dari hidup


ada yang berenang dengan berbagai gaya di dalamnya,
ada yang menyelam sampai mati

ada yang bernafas dan membuangnya sia,
ada yang menghirup udara, dan kemudian takut menghempaskannya

ada yang berkata
lalu sembunyi muka,
ada yang berbuat
lalu melempar salah

ada yang bertanya
tidak mengharap jawab,
ada yang
menjawab
tidak untuk memberi tahu

ada yang tertawa
yang tak berhenti
tak peduli apa,
ada yang tidak tahu
bagaimana caranya tertawa


ada yang menangis
di rumah sakit
padahal yang sakit bukan dirinya,
ada yang menangis lewat teriakan histeris

ada yang menunjuk-nunjuk angkasa menyapa awan,
ada yang mengepalkan tangan berdoa agar segera turun hujan

ada yang berani mengencingi matahari tanpa takut terbakar,
ada yang menganggap bayang-bayangnya adalah kawan sepanjang jalan

ada yang menyukai bunga bukan karena rupa dan harumnya,
ada yang memilih bunga sebab berduri

sajak yang membela diri dari kepergiannya tanpa pamit

hai!
aku mau minta maap
minta
maap

kau pasti tidak mencariku
tid ak
c a r i
k u

aku lupa bagaimana caranya terbang
makanya
aku melompat tanpa sayap

:kemarin
ya itulah yang kulakukan
tanpa ijin
kerna kutahu
tak akan pernah kau biarkan aku pergi

sejak kau utarakan sayatan-sayatan luka di nadi
itulah bukti cintamu padaku
'jangan tinggalkan aku!', serumu

tapi
tidakkah kau ingat?
sayap ini pernah kulepas untuk kau
demi kau
demi nafasmu di dadaku yang memburu

:kemarin
lukaku belum mengering
tulang mengejang menahan remuk
sakitku terantuk

dan sepertinya kau lupa
menutup jendela

kemarin itu.
kutemukan kembali sayapku

jangankan pergi :jangan kau pergi

seperti bis kota
setia tunggu penumpang,

yang terlambat bangun dari tidurnya

yang mandi dan gosok gigi dalam lima menit


yang tidak menemukan kaos kaki dalam sepatunya

yang lupa memasang weker

yang mengira hari ini adalah tanggal merah

yang jauh-jauh hari hendak memboloskan diri

yang tidak suka diatur-atur oleh waktu

yang merasa hari-harinya telah menua

yang takut lebih cepat sampai dan disangka pencuri waktu

yang lelah berlari dan berjalan santai

yang menganggap bis kota, kendara pribadi

yang mengusap-usap
kening memikirkan alasan telat

yang ragu maju ke tujuan,
juga enggan kembali pulang


jangankan pergi
: jangan kau pergi

di benakmu.

'aku bukan siapa-siapa, bukan siapa-siapanya siapa'

teringat seorang wanita
dirajam sebab zinah

wanita tuna susila
yang bukan siapa-siapa
bukan siapa-siapanya siapa

hidup di jakarta, katanya
bagai bermain catur
uanglah yang mengatur,
buat skakmat raja
p a d a h a l

aku bukan raja. bukan
aku pun bukan
ratu. bukan
bukan menteri,
bukan pula kuda

apalagi benteng!

aku hanyalah prajurit.
bawahan yang berada di garis depan

siap beradu lawan bengisnya hidup
lucuti
tangisnya redup



sudah kubilang
'aku bukan siapa-siapa,
bukan siapa-siapanya siapa'

mengintip hati, diam-diam kuberpuisi

HEY!
apa yang kau lihat?
bukankah benderang,
atau kelam?

jangan kau umbar pada siapa-siapa
mereka tidak berhak tahu
mereka bukan yang aku sayang


sssssttttt!
jangan pula kau berbisik
angin suka menyampaikannya
dia cemburu padaku
dia tidak ragu-ragu mengabarkannya

aku pemalu
tapi aku pun rindu
dibekap, dan dibelai
dikecap, dan dibuai


j a d i

apa yang telah kau lihat?
mari kita rundingkan sama-sama
tanpa mereka.

bisa?

tidakkah kau tahu?

tidakkah kau
tahu?

di langit ada bintang,

di laut ada udara,
di gunung ada air,

di lembah ada muara,
di bukit ada gua,


di darat ada pasir,
di sungai ada batu,

di hatiku ada kamu.

sajak yang telah lupa bahwa dirinya adalah sajak, sedang berkaca

sajak yang telah lupa bahwa dirinya adalah sajak, sedang berkaca


semalam-malaman tidak cukup memandangimu disana

telahkah aku mengenalmu,
ataukah hadirmu perlu digambar lewat aksara

bahwa ucapan dan kata-kata yang dilafal,
melahirkan wajah-wajah tuk diingat

seperti sebuah keharusan
kenang kelahiran terlupakan

ada yang belum sempat selesai

terucap?
disana kau
memulainya

suara terdekat yang tak asing

semenjak dijejakkan tinta hitam di lembaran-lembaran tubuhku

aku mulai memimpikan keleluasaan

kedewasaan di penggalan kata-kata berdrama

tak terasa
nuansa itu ciptakan irama

lagu hati yang patah.
lagu hati yang kalah.
lagu hati yang layu.
lagu hati yang ragu.
lagu hati yang damba.
lagu hati yang
gundah.

telah kujelajahi
kedalaman manusia yang suka melupakan siapa dirinya

aku tidak takut

aku tidak merasa berdosa

namun aku sadar
kata-kata yang terucap
hanyalah isyarat

yang sampai ke masing-masing tujuan
dan enggan kembali pulang

aku tahu
aku bukan manusia itu
yang suka mentertawai hidupnya meski tidak ada yang lucu

aku bukan pula sajak
aku tidak mau menjadi sajak
yang kekal karena manusia bebal

jika sekarang adalah aku yang berkata-kata,
maka cukup
cukup itu


dan kali ini,

tanpa suara.

cause you are my lady

i know my lady
cause i'm her man
she always ready
with her mysterious plan

she shows up at the middle
and gave me a hard riddle

but still i like her a lot
and no one compare her shot

one day she began to story
she's not my perfect lady

then she's crying a lot
no, i cant even stopped

tell me
tell me
what can make u happy?

kiss me
hug me
i'm always your teddy

her eyes out of cry
seems float has been dry

no one
no one
there's no one perfect but you

ur crying is tell me ur feeling
ur feeling which i believe its true

since we first met
i can see the love in ur eyes
which perfectly made till we died

i like you, my lady
oh, no no no

i'm fallin in love with you
yes,
i'm surely do

i know i'm your man
cause u're my lady
in my heart
and i'll
make you happy no matter what

nyatanya tak semudah itu, tak

nyatanya tak semudah itu, tak

----


hitung satu sampai lima
tibakan ku di pangkal enam

enam diam
enam diam

lima gelisah, gelisah
sah.

susah
kah?

beri aku enam
tanpa diam
tanpa.

lalu lanjutkan
lanjut

tut!


terhenti

henti
tik.


tiba
dan belum selesai.

Minggu, 13 Juni 2010

Butuh..'tuk?

butuh selangkah untuk maju
butuh selangkah demi selangkah untuk berjalan

butuh kekuatan tuk membuka mata
butuh kemauan
untuk melihat

butuh ide
untuk memulai
butuh keberanian untuk selesaikan

butuh satu kali
untuk tahu
butuh kesekian kali tuk memahami
butuh belajar
untuk bisa
butuh ketekunan
untuk mahir

butuh ganjil
untuk genap
butuh satu
untuk sejuta
butuh meluang
untuk berpikir
butuh berlapang
untuk menerima

butuh cita
untuk cipta
butuh warna
untuk rupa

butuh takjub
untuk percaya
butuh diam
untuk tenang

butuh janji
untuk mengikat
butuh peluk
untuk hangat

butuh luas
tuk leluasa
butuh ruang
untuk berada

butuh lepas
untuk bebas
butuh sadar
untuk berkaca

butuh sekat
untuk menanda
butuh larangan
untuk membatas

butuh mau
untuk ingin
butuh laju
untuk angin

butuh jauh
untuk jarak
butuh riuh
untuk marak

butuh risau
untuk galau
butuh cemas
untuk gemas

butuh hikmat
untuk nikmat
butuh dekat
untuk rekat

butuh mereka
untuk kami
butuh kami
untuk kita

butuh kita
untuk aku
butuh aku
untuk kamu


b
u
tuh
Kau!

: tuk luruh

Ternyata Menarik Juga! (berfiksimini ria.. ataukah fiksimini-minian)

ANTRI

sebab apakah kau mengacung tangan?
di luar sana hujan dan kau malah mengacung menunggu giliran diojeki payung

***
HATI YANG LUPA DIWARNAI

sepintas kau ingat beribadah. kau siapkan hati, pensil warna, dan kacamata.
di kotak persembahan, hatimu kau pandangi lagi dengan kacamata. 'ada yang lupa', katamu.
lalu kau warnai hatimu merah muda.


***

SAMPAI KAPAN

ternyata bermain dengan anak-anak membuatmu lupa dengan masalah. tawa tergelak. senyum melebar.
lalu kau tanyai satu per satu mereka. 'sampai kapan kita boleh menjadi anak-anak?'

***
DUA ANAK BALITA

dua anak balita bertemu muka, saat dua ibu bergosip ria. balita yang satu mencoba menutup telinga, sedang satunya lagi merasa sedang dibicarakan.

***
BADUT

berkali-kali, badut itu merasa dipermainkan. sambil memukul-mukul kepala, dia berkata 'bukankah tidak ada yang lucu, lalu kenapa aku tertawa?

***

GAYUS VS OKB

dua anak lelaki paruh baya sedang berpikir keras memenangkan taruhan siapa yang lebih dulu dapat pacar. laki-laki yang satu bergaya seperti OKB. laki-laki satunya lagi meniru gaya Gayus.
sepertinya akan seru, bahwa uang permak wajah dan gaya, jauh lebih mahal dari jumlah taruhannya.

***
JAM TANGAN JUGA MERASA

Jam tangan lelaki itu berhenti berdetak, setelah cintanya ditolak gadis pujaan hatinya

***
DUA BUNGA

dua bunga dalam satu pohon sedang adu kecantikan. dua-duanya merasa menang tlah memikat lebah untuk singgah. dua-duanya merasa dikhianati, karena lebah yang sama.

***

LUPUS

habis manis, sepah dibuang.
lupus meniupnya menjadi gelembung.

Hendak Memanusia-kah Kita?

jangan pernah bermimpi
hidup dan nikmati jerih
tanpa berpayah-payah

ketika malam meniadakan siang,
bukankah siang itu pula yang mengembalikan malam setelah petangnya?

dan pagi mulai
merajai
lewat matahari sebagai ratunya
tak tertinggal hiruk pikuk ayam jago
kukuruyuk semaunya

sepagi itu
bukan gaduh membangunkan
tak pula matahari yang menyilaukan

mimpi yang terputus habis masa
seperti batere di charge penuh

meski semalam-malaman
terulang tragedi Adam di Eden

dengan mata terbuka
tahu ini salah itu salah
dengan telinga terpasang
malah makin merangsang

tapi kita

bukanlah matahari
yang sebentar-bentar terang, kemudian tertutupi awan
yang sebentar-bentar mendung, dan turunlah hujan

bukan pula
ayam jago di penghujung subuh
yang meyakini kukuruyuknya sebagai isyarat menjadi ayam jago
yang melakoninya tanpa diam-diam
malah berharap terdengar luas

tanpaku menunjuk satu nama

aku. kamu. dia.
atau diakah.

semua sama

hendak memanusia-kah kita?

That's Why the Earth is Crying

these story is an old one
had fortell under the sun
is upon u and me
the upcoming
of our being

human we are
call me aware to nature
its living feedback into human's grandchild

they clueless about us
deep down into the forest
there's no greeny wood
all disappeared between building's field

we're living into the red zone
the danger area to explode

sense more simple matters in the neighbourhood

contact with the wind
smell the gasses rain without toxic
contribute their being
salute in composition dynamic with the earth

i heard once
the earth is singing
why the tragedy is happen,
when it gonna over

cry for the human's act
how could they lost the love,
forget to care
make the earth mourn in silence

years after
considered changing will come

learn to loose bad habbits
look into what mirror reflect
heard all the possibilities

stand from ur seat
get ur greatest view to see
make ur best shot
so there we gonna be

say 'hello' to everybody
make a good start for tommorow
simple with today
smile and greets people we meet

everyone is every possible
to make our future better

everyone is the earth

everyone has their obligation to save the earth


everyone is you!

everyone is me.

Siapakah Kami ini?

wahai tuan
yang terlahir tahu budi dan baca

senjata, gas, dan pekik aturan
sebut saja daya tarik sebuah permainan

di saat para penjual sembako tutup toko,
tetap berdiri kami mengantri
demi anak-anak tunggu nasi belum tanak dari tungkunya

asap belum mengepul,
berdesak-desak kami dengan sesama ibu-ibu tua hampir hilang nafas asa

kau, hai tuan
hidup dalam mimpi-mimpi tercipta dari jentik jemari

lebih memilih remah kau tumpah sia
lebih memilih tak menyisakan
dari meja makanan menu komplit wajah italia-amerika

panas terik tidak akan dapat mencabik kami sampai mati,
hujan seharian
berpuluh-puluh malam pun tidak dapat menghanyutkan suara kami
di serak parau
di kata-kata kebenaran
bahwa kami terancam
bersaing dengan deru mesin dan alih-alih teknologi,
kami terjepit terhimpit
pembangunan para penanam saham
real estate bayang-bayang untung milyaran

di bawah tindasan beralaskan hukum,
kami tak dapat berbuat banyak
selain
berteriak sekencang-kencangnya!

di atas hak tanah
di tempat tinggal turun temurun,
telah diceritakan para pendahulu kami

bahwa kau, tuan bukanlah musuh
bukanlah lawan seperti layaknya pertandingan

kaum-kaum kami,
telah lama berkenalan dengan kaum tuan, dulu

telah mengangkat saudara
berjanji
diatas tinta darah dan perjuangan merebut bendera
'tuk dikibarkan

bahkan di setiap
sumpah kau nyatakan nama kami sebagai stempel
memeteraikan
jarak antara
hanya berbatas perkakas pasal-pasal
dan keberuntungan,
meski lagi-lagi
kami diperbuntungkan


sebabnya itu,
tuan layak tahu
siapakah kami
siapakah kami

ini?


: akankah sejarah terulang kembali,
kemerdekaan yang benar-benar bebas merdeka
seperti di tahun empat lima?

Sajak Pendusta yang Membacakan Dirinya untuk yang Belum Pernah Berdusta

sajak pendusta
yang membacakan dirinya untuk yang belum pernah berdusta


------


akulah tuhan, yang tahu seluk belukmu

di alam yang semakin menarik dan manis untuk kupeluk dan kukecup,
telah kuhidupi detik-detik abadinya masaku sebagai
manusia yang hidup dari kata-katanya
dan akulah kata-katanya!
aku sajak yang mendustakan

di ujung lorong para pemikir yang hebat
di tiap-tiap kesempatan para penyair hendak merupa
aku menyelipkan diriku disana

di ubun-ubun. di otak yang penuh berisikan rumus-rumus
di mulut yang sudah terbius dengan lidah seorang pemabuk

siapa yang dapat menyangka bahwa dusta itu lahir dari manusia yang hidupnya berwarna merah muda
yang mati, untuk hidup berulang kembali
dengan wajah yang semakin dilupanya?

Seperti Menunggu Kepulangan-kepulangan

berulang kali aku dibawa kembali ke ruang dudukku lalu termangu

berulang kali lagi aku melihat diriku duduk
tanpa tahu
sejak kapan aku mulai melakukannya

semenjak nafas menjadi hembusan ingin mengelak angin
juga ketika semua rupa menjadi wujud yang nyata di mata menyapa

waktu tak pernah sampai hadir tepat
di titik nadir ruang
kala setiap detak yang terulang adalah sama

mungkin satu ketika,
ku akan dipertemukan pada ruas-ruas ingatan tentang mengapa jam lebih memilih berhenti berdetik dari putarannya, juga malam yang takut untuk bermimpi di tidur panjangnya

bukan dengan alasan yang sama, sampai akhirnya mereka memilih diam

mungkin yang lain,
perulangan itu seperti
menunggu kepulangan-kepulangan yang tak kunjung datang.

Bulan April tertanggal Dua Puluh Satu

'di busung dadamu, perempuan
air mata menetes
jatuh ke wadah menerima

memang kau, perempuan
aku menyebutnya

jaman boleh berganti wajah
setiap rupa memakan peristiwa
dan tetap junjunganmulah yang memekarkan sejarah'



------


bulan april tertanggal dua puluh satu
lahirlah engkau, kartini
hingga kini,
menjadi benih-benih fitri di hati kami

kami yang perempuan,
kami yang bersaksi

hidup kami bukanlah janji
bukan cuma 'tuk bermimpi

dalam citraan seorang dewi
hidup adalah bakti

bakti kepada Tuhan,
bakti kepada negara,
bakti kepada orangtua,
bakti kepada masyarakat,

baktiku itu
temukan jati diri

tentang menyamaratakan hak
tentang hidup yang berfalsafah
tentang laksana sebuah lentera

menyalakan kobar
mendegubkan debar

jiwa, semangat!
kamilah perempuan
kartini-kartini
pertiwi negri yang kan selalu bernyanyi

tentang makna mimpi hati kami.




"Selamat hari Kartini ^^ "

aku, ya, aku

aku yang berisi
aku yang kosong,

aku yang lupa
aku yang ingat,

aku yang sekarang
aku yang dulu,

aku yang lalu
aku yang kamu,

aku yang diam
aku yang berkata,

aku yang kembali
aku yang adalah,

aku yang memang
aku yang tukang,

aku yang ribut
aku yang manggut,

aku yang tersebut
aku yang terlupakan,

aku yang setuju
aku yang tidak,

aku yang senja
aku yang tenggelam,

aku yang luput
aku yang kalut,

aku yang selalu
aku yang ragu,

aku yang tiada
aku yang ada,

aku yang menjelma
aku yang tercipta,

aku yang tahu
cara menjadi aku,


: andai

Layang-layang itu

sore ini, lagi-lagi
mukamu muram
karena layang-layang yang tak berhasil kau tangkap itukah?

kau sangka selama benang pengikat layang-layang ada dalam genggaman,
tak akan mungkin
dapat larilah dia
,terbang kembali ke kekasihnya awan.
langit mendung. kau tahu sore itu, cuaca menjadi penanda. cuaca bersabda. hidup adalah kemungkinan-kemungkinan yang boleh kau nikmati dalam jangkauan tak melumatkan diri. Sore itu mendung, bukan? Kau malah teriak berkemenangan. Kau sangka layang-layang setia. Tak akan mengejar awan yang selalu meluputkannya. Kau tertawa hingga habis gairah. Kau permainkan layang-layangmu, di tarik ulurmu. Kau menggoda awan dengan ulurmu, yang lalu kau tarik-tarik lagi.
mendung. ya, pikirmu mendung adalah kreasimu membuat awan marah hati terluka. Tapi lihat! Layang-layang itu mengibaskan ekornya keras-keras, menggeliat berontak mau lepas. seperti tak sadarkan diri, alih-alih memilih mati.

'Awankah? Mengapa masih kau menginginkannya?'

bukankah telah disebutkan

bahwa layang-layang tidak akan pernah lupa
kepada siapa
arahnya menuju.

Ah! Sesukanya Dia Padaku

dari cermin,
dia berusaha mengatakan sesuatu yang sia-sia

matanya menatap lekat sampai pangkal korneaku,
tetap tak sampai-sampai jua makna tatapan itu

kucoba alihkan pandangannya

kumelihat ke bawah, ke atas, melirik ke belakang

sepertinya dia mengerti maksudku
dia berkejar-kejaran dengan gerikku
dan tersenyum bangga karenanya

sebelumnya, dia tidak secantik sekarang
sejak, ku sering beradu pandang
dia mulai berias dengan putih di muka, dan gincu di bibirnya

semakin hari terlihat semakin cantik, semakin lupa dengan wajah aslinya

sempat ku ajak berkenalan, ditampiknya ragu-ragu
tapi mau kurasa

samar bagai kudengar
dia suka kesendirian tanpa teman
begitulah dia dilahirkan serupa di hadapannya

lagi-lagi,
dia menatapku dengan tatapan sia-sia


Ah! sesukanya dia padaku,
sebesar cintanya yang tak pernah padam ikutiku

Kapankah Kau Lahir?

negeri, o, negeri
aku bingung menamakanmu

kapankah kau lahir?
aku lupa

bahkan kini
kau sekarat di tangan ibumu,
kapan terakhir kita bertemu?

ingat!

sembilan bulan kau telah berjuang
: sembilan
bulan

lalu, kapankah kau lahir?

aku lupa.

Betapa Kurindukan Kekakuan Kita Dulu

: papaku

Papa, betapaku
rindukan
kekakuan kita dulu

apabila waktu dapat di abjad membentuk kata-kata

pada punggung tuamu bagai kayu yang melapuk

yang lebih renta
dari kursi dudukmu

akan ku rangkai sajak paling lekat di hatiku

tentang keluguan dan kehausan makna
sedari kecil kubertanya

ayahkah papa?
yang duduk tanpa air mata
ataukah tak boleh meneteskannya?

tegar perkasa
semakin tegak melangkah
hari yang menggelandang
di kekar tanganmu

tetap tak meluputkanmu di hari tua

sempatkah esok,
matahari kan menyapa kembali

kita disana?

aku. papa.

di rumah.

Seberapa

aku bertanya?


seberapa besar
kau akan menilai?


seberapa kecil
kau akan menawar?


seberapa jauh
kau akan menempuh?


seberapa dalam
kau akan bertanya?

seberapa lama
kau akan bersabar?


seberapa yakin
kau akan mencoba?


seberapa penting
arti hidupmu?


seberapa banyak
yang bisa kau beri?


seberapa berapa
yang kau punya?..


aku bertanya.

About Last Night

what u've bought today?
I see ur lips were dry
and there's nothing to say
but that's okay
it's okay

where had you run last night?
I've searched u till the dark is bright
i was lost u at our party
guess u're leaving me in a hurry
but that's okay
It's okay

how are you today?
the tears has down and breeze your hair
ur eyes was swallow deep
u're sight is brown in creep
nothing to see
nothing to say hello
but that's okay
It's okay

when i heard u calling my name?
Is it really you these days,
or it's just a foolish game u played?
i'm watching u without fear that u'll never come back
but now i realize, my heart was fully of ur pack
and that's not okay
and it's not okay

If u're telling me
u wont here to stay.

Dia Kutemukan di Sisa-sisa Limbah

dalam sampah loakan
di sisa-sisa limbah koran

kutemukan kilas kisah kebenaran
yang terendam air comberan

telah kuketahui atas nama ketakutan
yang gemetar tanpa pemberitahuan
duduk tanpa bicara
hanya komat kamit mencari kata

menyeduh.

'di ujung manakah
dapat kutempuh mencapai cahaya?
di sudut manakah
di ruang yang tergelap sekalipun, dapat berpeluk dengan bayangnya?'

sedang ku amat-amati
dengan cermat
secermat ibu kepada anaknya

tapi,
ternyata

kedua mata itu kosong
telah lama kosong
telah ditinggalkan dia

oleh dia yang telah dilahirkannya.

Lalu, Kamu Siapa?

- aku telah menurunkan derajatku ke tingkat manusia


+ lalu, kamu siapa?



- aku baru saja meningkatkan derajatku melebihi binatang jalang


+ kamu?



- aku tidak berkehendak menjadi manusia,
lebih kumemilih jadi binatang jalang


+ lalu?



- mati.

Then Send Her a Ticket

i've heard she was a lucky lady
when she arrived at the front of ur house which hers
she's a great chef
than anyother u've tasted

then u flied away
far from her
to find dime
and to brought her pearl

then send her a ticket
send her ur smile

send her a letter
that u're also missed her so

send her ur love
through ur voices and laugh

tell her that u want to be with her
forever

tell her that she always be in your
heart
ur deepest heart

tell her that u are her world
and that u'll gonna loved her till after

now ur eyes trying to tell me something
for what beneath to be ur greatest thing


----
when she'll arrives at ur place
since u're waiting from the first u're left

coz that day will be ur perfect day
the day that shines the happiness ray
yes
the distance is never part you away
yet it've made the hole which u can't bear to hold

and i hear u whispered ask her to stay
to start all from the beginning
the thing u've wished every morning

----

so let's take the ride
coz everything just seems right

yes, the day wont last to go
there i seeing u are more to love her so


then
send her a ticket
one way to flight
so she'll be beside
in ur day and night

send her a ticket
send her ur smile..



coz she's waiting
with the far away miles.

Atas Nama Perempuan-perempuan

akulah perempuan-perempuan
yang berdiri
mengatasnamakan cinta



'cintailah Tuhanmu;
cintailah ayah ibumu;
cintailah keluargamu;
cintailah suamimu, para istri;
cintailah istrimu, para suami
cintailah anak-anakmu;
cintailah kekasihmu;
cintailah para malaikatmu;
cintailah musuh yang menertawakanmu;
cintailah ketakutanmu;
cintailah kerja keras;
cintailah tragedi yang menimpamu;
cintailah kesedihan yang merajalela;
cintailah air mata yang jatuh;
cintailah semangat yang tak kunjung padam;
cintailah lorong-lorong sepi;
cintailah jarak dan kejauhan;
cintailah mimpi-mimpimu;
cintailah tetangga yang mengganggu tidur malammu;
cintailah kebenaran, meski menyakitkan;
cintailah penyakit yang membuatmu belajar bersyukur;
cintailah luka yang hendak mengering;
cintailah duri yang tertanam di dalam daging;
cintailah kerendah hatian;
cintailah pengorbanan;
cintailah untuk memeluk lawanmu;

cintailah saat-saat kau jatuh, karena pada saat kau terbangun kau akan lebih menyadari arti hidupmu yang sesungguhnya;

cintailah kekuranganmu karena di saat kau mengetahuinya adalah saat kau memulai untuk melangkah maju;

cintailah kesendirianmu, maka kau akan sadari bahwa dirimu tidak dapat hidup seorang diri;
cintailah masalah-masalahmu;
cintailah pagi,
cintailah sìang, cintailah sore, dan
cintailah malam;
cintailah keringnya kemarau;
cintailah basahnya hujan;
cintailah apa adanya dirimu,
dan berterima kasihlah karenanya;

karena memang engkau tercipta hanya satu,
begitu pun aku

maka cintailah semua itu;

seperti kami,
perempuan-perempuan yang mengalaminya

tetap selalu mencintai

seperti kami mencintai darah daging kami sendiri*




*perempuan memang disebutkan memiliki kekuatan yang tersembunyi dan tak terukur.
perjuangan dan getir dalam hidup adalah makanan mereka sehari-hari..
and let me called her 'a fighter'!



selamat hari perempuan ^^

Sedekah

bukan sekali-kalinya lagi
tanganku menadah

mengharap belas
ampunanNya

meski

di setiap kantung-kantungku penuh
senyum bergelak tawa

melupakanMu
adalah pasti

mengingatMu
adalah alpa

sementara
menyebutMu
aku membisu

dan bukan sekali-kalinya
lagi
tetap
Kau yang selalu hampiri
ku yang terbujur kaku

menunggu.

Engkau Tahu?

engkau tahu..
butuh berapa lama untuk mencintai, dan butuh berapa lama untuk tidak mencintainya kembali?

engkau tahu..
butuh berapa banyak kata untuk membuktikan bahwa aku memang mencintainya, dan butuh berapa banyak kata untuk membuktikan aku tidak mencintainya lagi?

engkau tahu..
butuh berapa takar rindu untuk mengakarkan bunga cintaku untuknya,
dan butuh berapa racun benci untuk melayukannya hingga kering tak bersari?

engkau tahu..
butuh berapa malam untukku menangisi kepergiannya dan butuh berapa malam lagi untukku dapat menertawakan tentang kenyataan
bahwa betapa dunia ini
penuh dengan badut derita?

engkau tahu..
mengapa cinta dapat berubah menjadi benci, dan mengapa di saat aku mengatakan aku sangat membencinya,
aku telah menjadi seorang pendusta yang hebat?

engkau tahu..
mengapa aku lebih menyukai rasa sakit dan luka,
daripada aku harus menanggung segala beban rindu yang tak tertahankan ini?

engkau tahu..
bahwa dunia yang kini kupijak adalah serupa dunia tanpa seberkas cahaya pun
jika tidak ada dia bersamaku,
meski waktu yang kumiliki adalah ribuan tahun,
dengan ruang yang dapat kujangkau hingga dimensi tertinggi

engkau tahu..
bahwa betapa aku sungguh-sungguh tidak dapat mengatakan sepatah kata pun
di saat aku ingin sekali meneriakkan kepadanya

'Tolong tetaplah selalu
berada disisiku,
karena betapa aku sangat mencintaimu!'


dan engkau tahu?


dia tidak mengetahui
semua itu.

Saat Kamu Berpikir

saat kamu berpikir

pagi 'kan terus datang

siang waktu yang panjang

senja yang selalu petang

dan malam
yang tak akan
pernah usai

jangan jadikan sebuah alasan
menunda
yang sesungguhnya

tidak ada waktu yang sia-sia

di hidupmu.

Hai, Kawan!

Hai, Kawan!

aku menyapamu
dari negeri yang belum terlepas dari kemiskinan

yang mendaulatkan diri telah merdeka dari penjajah

bertoleransi tinggi dan berbudi pekerti

negeri yang kaya
hasil alam dan pulau eksotik

menyebut diri
cinta bumipertiwi

mengaku pendidikan harus menjadi nomor satu


Hai, kawan!

aku menyapamu
dari negeri yang sama

negeri bernyawakan suara rakyat

yang telah sepakat
menuju adil sejahtera

duduk bersama di satu meja mufakat

bersatu teguh
tak sampai runtuh

tapi, Kawan..
ada beberapa hal
yang meresahkanku sangat

karena disini kemiskinan semakin menyengat

dikerubungi lalat
pengerat
tetap tak ada yang berani maju mendekat

sebutlah mereka pengecut yang mencari keselamatan sendiri

juga para pahlawan yang maunya merdeka tanpa perlu berjuang

janji-janji kosong para pembohong
ya itulah mereka
wahai 'pemborong'

dan
dalam ratusan tahun ke depan
sudah terprediksikan
ruang hijau sebatas penyekat

yang hadir di lorong-lorong jalan
sebagai ruang darurat

dan kini banyak dari mereka
yang mengaku-ngaku hebat

hingga para cendekia dan ahli-ahli warisnya
belajar berkata-kata hanya sekedar adu debat

jauh dari kesan hangat
menjabat rakyat
begitupun hukum yang berlaku
tanpa serat

Hai, Kawan!
apa kau mendengarkan?
karena masih berdiri aku
mengabarkan

berharap apa yang baru saja kukatakan

hanya akal-akalanku semata
agar aku dapat
menyapamu lebih lama




semoga..

Sebabnya itu Aku Memilih Diam

sebabnya itu
aku memilih diam
tidak berkata apapun
ataupun bersuara

engkau berkata
engkaulah penolong?
engkaulah pahlawan?
engkau...
engkau...

engkau?
dimanakah engkau?

aku memilih diam
tetapi aku tetap bernyawa
nafas hidupku yang berkata-kata


DIAM!!!
jika memang engkau tidak dapat membuktikan kata-katamu

DIAM!!
dan renungkan apa yang ada di balik kepalamu?

DIAM!
dan janganlah sampai engkau mati

jangan...
jangan...

jangan.


sebabnya itu kukatakan

aku memilih diam

Di Batas Lelaki dan Wanita

di batas lelaki dan wanita

bukan mauku
bukan maluku

terlahir bagai kembang rupawan

dipertanya
perjaka atau perawan

dapatkah mengelak?
diriku terjebak

di batas lelaki dan wanita
aku bertanya

suratanku dimana?

Lupakan Sajaaku yang Adalah Kata-kata yang tak Kaumaknai itu

lupakan sajaaku
yang adalah kata-kata yang tak kaumaknai itu



------



kukagumi dirimu
lewat sebuah sajak

dengan lembut dan suara seserak
namamu kusebut sesak

tanpa arak
ku tidak mabuk
tapi kepayangan akanmu sejak

dinda,
namamu bukan saja

mengusap hatiku dimana

aku menunggumu
tak kunjung tiba


sesurat juga sepatah
pun takada
telah

Alat Tulis dan Tanda Baca

alat tulis dan tanda baca


---------



I. di sekolah,
kami telah diperkenalkan

alat tulis dan tanda baca

sesekali guru mengetes
dengan melupa-lupakan kami

dan kami pun benar-benar menjadi lupa.
tentang apa itu alat tulis
dan ada berapa tanda baca
meski guru tak tahu
dengan wajah kami dipampang lugu

II. mengapa hari kedua dan seterusnya, kami disodorkan yang sama?
alat tulis, dan tanda baca
yang itu-itu juga,
dan guru yang hendak melupa-lupakan kami?

padahal kami tahu
dan berpura-pura tidak tahu

dan guru yang melihat kami
mengangguk-angguk seakan tahu

III. kapankah akan selesai? sekolah yang hari-hari adalah selalu tentang alat tulis dan tanda baca?
belumkah paham para guru, bahwa wajah lugu kami karena mau melupa-lupakan itu?


IV. sepertinya saat yang kunanti-nanti tiba
sekolah meliburkan alat tulis dan tanda baca
dan mulailah kami belajar

dengan guru yang tidak dapat mengelak untuk melupa-lupakan kami

dan kami pun duduk tanpa basa basi
tanpa alat tulis
tanpa tanda baca

mulailah kami belajar dengan
alat lukis dan not angka

Hukum Kembali Ditegakkan

senyum para koruptor itu membuatku tertawa
membuat bertanya-tanya

apa mereka sadar
apa yang kenyangkan mereka dari lapar?
pamerkan apa dari segala mewah?
jumlah yang disebut-sebut jaksa yang busungkan dada?


tangisan para koruptor itu
membuatku meraung-raung
membuat
terbingung-bingung

bukankah kemarin mereka sedang tersenyum
atas perkara yang dicium para penegak hukum?
adakah mungkin
mereka sedang berlaga
di atas panggung sandiwara?
adu segala bakat
yang telah ditemurunkan nenek moyang mereka?

sorot mata
para koruptor itu
membuatku
terpana
membuat
salah-salah tingkah

di ruang yang tidak seluas apartemen mereka,
dilirik semua yang hadir
satu persatu
mencoba culik
simpati
siapa tahu ada yang berempati
sebelum putusan
dibuat mati


sekarang,

para koruptor itu
menundukkan kepala
membuatku
ikut heningkan cipta
membuatku diam tak bisa berkata-kata

hukum kembali ditegakkan
tanpa embel-embel uang makan
dan saksi-saksi
adalah para nurani
yang lebih memilih eksekusi mati
daripada berlimpah
harta bukan sendiri.

I Have a Best Friend

i have a best friend, and
she's the one.

she's got a pair of lovely eyes,
a peaceful voice, and the sweetest smile

and that's not the thing i see from her

even she's aint the beautiful
but she's paint my life into wonderful

one day,
she sad and said
bout herself
bout her love matters
about her past

and still
it doesnt change me into
for one another
I've thought
i really know her lots

she looks little bit worry
and think to loose her life and try to burry

she even thinks
nothing to carry
cause the only thing she believes
lost in space of primary

but i don't want to loose her,
and i promise I'll beside her till after

and now you listen
to my words of true


' you know what beauty does she had, things i see between her heart?
in each breathes to people she knows
she'll run her best she could borrow

i hope one day,
she could fly
with her dreams
through the sky

i want to help her to find her wings
and learn together
how use them to swing

the plane are too high to reach
as she just have simply wishes to twist
to see the world
from up above
and viewing from the eyeglasses of love

then, she'll turn down
to reset her living in town
to told the fairytale what she's been adventured along those time'

and it doesn't change her
still i met her with a pair of her lovely eyes, a peaceful voice,
and the sweetest smile.


then,
she continue with
lots of magical and true love story

she said that
life is just too short to be wasted
to be scaried

life is too precious to be sold
to be told

which the true meaning bout life
is to struggle
to survive
with sounding His name to drive.

Sumpah Para Koruptor

'tuk kesekian kali
aku bersaksi

tapi jangan
dengan sumpah mati

aku belum mau mati!

Aku Tidak Bisa Bermain Biola

aku tidak bisa bermain biola.

yang aku tahu
biola itu digesek

dan suaranya seperti anak kecil merengek

sampai satu ketika
biola itu pun datang ke rumah

tanpa mengetuk pintu
sudah bersandar
pada pundak mungilku

tapi aku sungguh tak tahu

tetap saja
tak bisa

hingga biola memutuskan senarnya!

dan memilih mati
tanpa peti.

Tak Ada Salahnya, kok

1.

bagai anak-anak
kurangnya masa kecil sejak

para orangtua berebut antrian
di loket bayar uang sekolah

dan kembalilah mereka
bertingkah merenggut
dapat urutan kesekian
padahal tak sampai sepuluh menit
telah berada
di baris terdepan


2.

telah menjadi buah bibir
loket tempat adu
yang paling seru

sampai-sampai ada yang tiba
sebelum gerbang dibuka
mendahului satpam yang sebenarnya hampir mati ketawa
melihat keanehan atas perebutan nomor berdiri

untuk sebuah kemenangan tanpa piala

3.
tanggal sepuluh. Itulah tanggal mainnya. penonton yang menyaksikan tidak ada
di tempat

semua terlalu sibuk untuk menjadi bagian yang pastinya akan terlupakan

toh, tentulah penonton takkan dapatkan sebuah perhatian, bukan?

4.
mungkin anak-anak sudah mendengar tentang kegembiraan tak masuk akal para orang tua

yang datang lebih dipagikan
di setiap bulannya di tanggal sepuluh
meski tahu
tapi mereka acuh

berpikir tidak untuk mengurusi urusan orang dewasa
yang nyata-nyatanya tak bernilai lebih dari remaja

Aku Belum Mau Pensiun

di atas kereta senja yang semakin sepi penumpangnya

aku bertahan tidak turun

masih memandang bayang pepohonan
melempar senyum dan sesekali pesan

disitu
aku bercerita
tentang desa yang masih butuhkan panitera

di bumi yang tidak dapat diterka cuaca
dan alam mulai menguning dari hijaunya

bukit mulai menyamai gunung
landaikah yang meninggi?
ataukah curam yang merendah?

semalam
lagi-lagi aku terbangun
juga lalu-lalu aku
tertegun

di batas usia dan senja
apakah nyawa*ku dapat diruangkan kaca?

mimpiku aku dapat menjadi sosok petani

yang tidak pernah terburu-terburu
memburu yang sudah ada
tapi
selalu usahakan nadi-nadi di hamparan ilalang
untuk tetap berdenyut,
setidaknya.


dan saat terbangun tadi

ternyata masih banyak
yang belum berubah

dinding rumah kaca,
bersiap menyegelku disana

Debu itu Kembali Berkisah

debu itu kembali berkisah

yang baru terbangun
dari tidur panjangnya

menguap dengan sisa air mata
gantikan udara senja

disebutkan
telah singgah dia
di puncak purnama

berenang di kedalaman cakrawala

meluas lepas
di ujung laut barat
tuk bertemu sang pujaan hati
manusia sejati

di pucuk ucap
ia bercecap

takut mulai meriang
ia mengulang

sembari bersampan
ke selat timur

mengeja tanda-tanda
yang susuri bencana

mereka tahkluk?
ataukah takut?

aku bertanya.
debu pun terpana
menatap jendela

dan angin ribut
mulai
mencari sela
di balik beranda
depan rumah

debu pun meracau
mengutuk dalam bingung

'Aku tak tahu!
Aku tak tahu!
Jangan bertanya lagi,
rahasia alamlah
rahasia ilahi!'

semua desir menelan suara

sempat terdengar jawab
'nantikanlah sang sangkakala tiba..'

Jatuh Bangun, Mengapa Jatuh Lagi?

kabar-kabar bertebaran
dari sang loper koran

dunia politik sedang berelegi
jatuh bangun
mengapa jatuh lagi?

banyak tangan
mengaku sebagai pahlawan
tapi dengar sekali letusan
berebut sembunyi di balik dipan

sementara yang merasa jagoan
cuma ketawa sambil bersandiwara
kata mereka
'ini cuma sekedar lucu-lucuan'

gonjang ganjing
pendekar berilmu tinggi
turun ke bumi

ucap segala aji
pamerkan jurus sakti
tetapi tetap
tetap tetapi
hanya sensasi

ternyata cuma syarat
buah akal-akalan

sebuah kamuflase sudut pandang
di sebuah ruang sidang

yang tak lengkap para saksinya
dengan
pembela dan pengacara asyik adu cerita

sedang sang
hakim mulai
mengadu
pada palu di tangan,

'kapankah suara keadilan dapat berbicara,
sementara ruangan ini hampa udara?'