sebutlah
nama-nama kami
satu per satu
perkenalkanlah
nama kami rakyat,
bukan pejabat
melarat,
tapi bukan pengkhianat
akibat yang kami dapat
telah tersurat,
padahal sebab
tak nyatanya bermusabab
satu-satunya harta kami telah dirampas
paksa
dan kemana kami akan melangkah?
jadi,
kami memilih tuk pasungkan diri
atas nama harga diri
daripada berharap atas janji-janji
kamì hanya rakyat
yang menuju sekarat
inikah kiamat?
badan-badan telah menjadi jasad
otak-otak yang masih di kepala mending dimasak buat penambah selera saja
sudah susah-susah mencari yang terbaik tetap
tak berbeda
yang diatas,
semakin menapak
yang dibawah, siap-siap dì injak
aku memang rakyat
tapi bernasib budak
boro-boro mikir cempedak
untuk tidur, pun telah dirusak
sana sini
tak ada yang peduli!
ingin suarakan,
ingin teriakkan!
tapi tetap harus
lewat jalur
jalur yang ternyata berlajur-lajur
dan pasti beralur-alur,
pun
maju mundur
maju mundur
penuh tata
bernama kaidah
berwalikan hukum
dan terbawalah kami ke permainan
tebak-tebak angka
truth or 'dooorr!'?
ular berkepala dua berpusar di tangga
memonopoli-gamikan hak-hak suara
aaaarrggh..
lelaaah!!!
kan sudah kubìlang kami hanya rakyat
apa daya
jika kuasa tiada?
dan sesungguhnya..
aku berani bersumpah,
kami tidak berbohong
tapì tolong..
perkenalkanlah dirimu, tuan..
atas nama siapakah kamu hendak menjawab?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar