Sabtu, 12 Desember 2009

meski kami hendak mati

ini baru hari pertama, tuan

kok kami sudah dibawa ke kandang macan?

Lihatlah!

Daging-daging kami belum tumbuh,
bertunas dari tulang-tulang

darah yang mengalir
belum sesegar ulu

mata-mata kami pun masih sayu,
kelelahan menempuh perjalanan bermalam-malam

apakah masih layak diumpan?

mungkin
tuan berpikir
tak butuh tambun
ataupun rimbun

selama sesuap atau dua
cukup tawarkan dahaga

selayak-layaknya umpan
tetaplah berujung sebagai korban

tetapi, tuan,
bolehkah kami membuat sebuah permohonan,
dengan kuasa yang beratas belas kasihan?

'ijinkanlah kami, duduk di satu ruangan
tuk saling berhadap-hadapan

agar kami mengenali siapa-siapa yang telah
berjalan beriringan bersama-sama dengan kami satu perjuangan

biarkanlah kami saling memandang,
saling mengucap salam,
salam perjumpaan sekaligus salam perpisahan, yang akan menjadi meterai bagi kami,

meski kami hendak mati.

dan wahai tuan,
untuk itu kami akan mendoakan tuan,
supaya mata tetap berjumlah dua,
mulut tetap cukup satu, dengan
telinga
yang terpasang adalah berpuluh, jika mungkin beribu

agar lain ketika, tuan dapat lebih jelas mendengar suara

agar di lain-lain saat,
suara-suara itu tidak mungkin, dapat tuan indahkan

suara-suara nurani!

baik dariku, jugamu'

Tidak ada komentar:

Posting Komentar