Minggu, 27 Desember 2009

tak akan pernah habis dan tak akan pernah usai, kasihmu, ibu (hari ibu, 22 Des'09)

tak akan pernah habis,
tak akan pernah usai

pesta yang ibu nyalakan
atas hadirku,
meski
harus diteriakan
dalam sakit yang luar biasa

Aaaaaaaahh!

aku tidak mendengar rintih itu,
tidak..

pun telah aku balas dengan tangisku yang tak kalah luar biasa

Oaaaa..oaa..oaa..!

dan bulir air matamu
menetes haru.


semakin bertumbuh besar
dan pintarnya aku

betapa semakin
kejamnya aku
menikam punggung
ibu berkali-kali,
tak terbilang kali

dan tetap ibu maklumi,
hingga kesekian pun kali

atas satu kata kasihmu,
entah mengapa harus kubalas dengan ribuan umpatan?

atas belaian cintamu,
entah mengapa harus kubalas dengan sikapku yang acuh tak acuh?

mari, bu..

pegang kepalaku
usap perlahan

maafkan aku, bu..
anakmu yang kemarin
telah 'buta',
telah 'tuli',
ataukah berpura-pura 'buta',
berpura-pura 'tuli' ini

terkadang..
eh,
tidak, bu

hampir setiap kali

aku menarik-narik ibu
ke dalam masalah-masalahku

betapapun ibu menasehati

entah kepala kutaruh dimana,
telinga kusembunyikan dimana

maafkan aku, ya, bu..


namun kini,
kepala dan telingaku
sudah kupasang benar.

jadi,
mari, bu..
mulailah
beri aku petuah

karena
aku akan menyimak
dan mendengarkannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar