Senin, 01 Maret 2010

Sungguh, tidak akan pernah Aku Sia-siakan lagi

memilih itu tidak akan menjadi sulit, pilihan tidak akan bercabang banyak, seperti tetaplah akan bergantung pada sebatang pohon yang kokoh. Itulah yang aku rasakan dengan kemunculanmu yang sungguh membuat makna yang tak terjemah ini.
adakah biru di langit, kaulah yang menguaskannya? karena warnanya adalah sama dengan benderang birunya duniaku.
lalu apakah hangat mentari yang melesapku kini merupakan dekapanmu yang erat pada laksana jiwaku, dengan wewangian mawar dan bebunga-bungaan harum yang lain, telah kau tebarkan menyambut kebersamaan kita

seribu tanya kau berucap tuk kau ungkap gelisahmu, seribu kesaksian pula aku lagukan mengiringi segala rinduku.
dapatkah seorang penari bergerak dengan gemulainya tanpa diiringi musik dan suara-suara gendang untuk ketukan pergerakannya?
ah! Maka janganlah kau berhenti memainkannya, karena tidakkah kau melihat bahwa aku sedang asyik menari tanpa ku merasa lelah, juga takut diburui-burui oleh waktu?
inilah saat kita. kinilah masa kita. Untuk kita nikmati menyongsong ruang keabadian kita, disana.




-------



Betapa salam kata-katamu sungguh bukanlah suara yang jauh tak terjangkau. ku dapati semua itu, ketika aku berada di kegelapan yang tergelap sekalipun, aku masih dapat diketemukan olehmu, dalam raga tak berbungkus rasa, dalam jiwa yang tak berbalut asa.
Yang kemudian telah kau papah raga dan jiwaku masuk ke dalam peraduan hatimu yang selalu menghangat. Semenjak itu baru kusadari, aku tidak lagi sendiri. Hari-hari yang kulewati pasti akanlah indah kukecap dalam jam, menit, dan detik-detik atas ruang dan waktu yang memang tercipta untuk kita lakoni.
Mampukah aku berkata-kata melebihi pengetahuanku berbicara, sedang dirimu telah ada sebelum aku sempat memanggilmu?
seperti yang kuyakini kini, inilah wujud terakhirku sebelum aku menjauh dari pengenalan akanmu, aku tersadar bahwa hidup yang sementara ini tidak akan pernah aku sia-siakan lagi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar