Senin, 01 Maret 2010

(surat) dari Kekasihku

dalam pembaringanku kini, aku terhanyut dalam aliran deras asamu, dan dengan memegang pada dahan yang menjulur..aku meniti sungai yang tak henti-hentinya kau sirami dengan hujan cintamu,
hingga sampailah aku pada pinggiran, yang akhirnya aku memilih naik ke atas daratan.
bukan dikarenakan aku tidak menikmati semua yang kau ciptakan dalam wujud pemberianmu itu, adalah sangat terkutuklah aku jika aku mengabaikannya. tetapi hendaklah kau ketahui kasih, kau menginginkan diriku, sebagaimana aku membutuhkan dirimu.
tak akan kusangkali itu!
hingga langit menggaris bumi dengan petir menggelegar sekalipun,
tidak akan surut hatiku menamakan dirimu, kekasihku, karena memang kamulah itu.

sedari awal kamu tercipta, hingga akhir penguburanmu, pernahkah kau merasakan hidup yang jauh dari biasa?
Aku tahu kau adalah dia yang telah mengalami kehidupan yang kedua kalinya, mempertemukan kita disini, dalam pencarianmu yang kau sendiri sungguh tak menyangka. bahwa dengan denyut-denyut nadimu, adalah detak degup jantungku..
hingga saat kau disana terkapar lemah, adalah aku yang tergolek tanpa daya disini,
dan kala kau tertusuk benda yang tajam, tahukah kau bahwa benda itu telah merobek dagingku juga?

tak akan mampu aku terdiam melihatmu sendiri dengan kegelapanmu disana. di ruang yang tanpa cahaya yang mau menyinari, meski dengan bias-biasnya. dan dalam lelapmu yang kacau, akulah yang meracau!
Sudah..sudah cukuplah masa penantianmu..
dan sudah bolehlah kau membuka kedua matamu sekarang untuk memandang rupaku dalam perwujudan dirimu, meski kita berada di beda dunia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar