Selasa, 06 Oktober 2009

siapa bilang setan ìtu menjelma?

duduk anggun
meneguk anggur
kecup bibir
tercelup di mulut gelas
merah menggoda
merah menyala

sibak rambut
gerah leher berkeringat
sebar aroma parfum menyengat

mata lempar lirik
mendelik entah kelilip

tangan menekan meja
siap santap
senjatakan pisau garpu
satu potongan
ditelan setelah tiga puluhan kunyah
entahkah takut tak tercerna

satu meja
beranggota
dua kursi
hanya satu terisi
satu lagi..
tak dicium pinggul

satu jam setengah terlewat
masih terekam sama
dia dengan kursi tak tercium pinggul

garpu pisau
berseteru setengah perjalanan
sabar menunggu
gigi mengadu kuat dengan kerat daging

delikan bukan kelilip
tapi genit nakal
bukan binal

hitungan menit
kelopak henti mengepak
menyorot tajam
ke sosok hitam
bayang di pojokan
siluet ke-bapak-an

tatap meluluh
tak tajam lagi
melemah..
bermanja..

simpul tarik senyum
menarik hati
meliarkan angan
si bayang di pojokan

hampir dua jam
'waktu' teruskan perjalanan
mana sempat perhatikan
adegan tak guna ber-sia

piring masih dilayat potongan kerat
tapi
tangan menandai usai
garpu pisau diletak bertindih menyilang
anggur kembali
mengecup bibir
tegukan penuhi mulut
tertelan lima hitungan

TEPAT!!

bayang itu tak lagi hitam
kemeja berdasi telah dipakaikan
rambut ke samping
khas lelaki eksekutif

kini
satu meja
beranggota dua kursi
kedua kursi yang mengecap ciuman pinggul

lima menit kurang
kedua pinggul berpindah
menjauhi kursi
ciuman tinggal kenangan
dua pinggul pun tak melepas
salam perpisahan
bahkan bayang pun luput berterima kasih

Tidak ada komentar:

Posting Komentar